Kamis, 23 September 2010

KEMANA SESOSOK TINI

sebab malam patah juga langit terkelupas. Tin
penjabaran akar-akar bilangan itu telah menyederhanakan variabel_
dari puluhan notasi dan  milyar zona terbakar tergenang rumus alam
mungkin kau kembali ke pos persilangan itu.  

setelah hujan terhengkang ke dalam gelas minumanmu
kidung pun tak lagi terdengar.
entah apa syairmu senja itu
aku hanya bisa menimang sampah tangan yang telah lama kau tinggalkan di tubuh.
"ada apa denganmu Tin?"
langit habis kau cabik
di teguk kesibukan rantai darah tersendat foster-fostermu
kemudian jasad waktu yang kau mutilasi
bangkit bersama arca-arca sejarah makam ikrar kau dan aku.

namun kita bisa gali arwah romansa yang ternisankan hidup-hidup
ya, aku masih kenal tanah itu
tanah yang pernah kau lukis seribu ayat diatasnya
“kesetiaan adalah mawar yang selalu wangi dalam tubuh kita”
jejarimu membentur syair Abu Nawas kala itu.

Tin.
     Tin.
            Tin.
            Bukan hempas tapi halaulah yang pecahkan sulam kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar